Thursday, July 11, 2013
Pak Abu, begitulah namanya, seorang tetangga yang
tinggal sekitar 100 meter dari rumah Bu Sugini. Halaman rumahnya teramat luas
dengan gundukan padi ditutup terpal, yang ketika terik mentari datang, siap
untuk dihamparkan. Beliau adalah pimpinan dari kelompok jaran kepang atau yang
biasa disebut juga jathilan.
Kami berkunjung ke rumah beliau yang sederhana,
tanpa semen yang menutupi tumpukan batu bata di temboknya. Rasa penasaran kami
yang membuncah tentang jaran kepang memaksa kami untuk melangkahkan kaki ke
sana. Istri Pak Abu menyalami kami dengan senyum hangatnya, begitu pula Pak Abu
dan seorang rekan beliau, yang kami lupa namanya. Tanpa basa-basi kami
bersegera menanyakan perihal kesenian jaran kepang yang beliau geluti. Beliau
bercerita bahwa kru setianya adalah warga lokal dengan diwarnai oleh pemain naturalisasi,
bahkan ibu carik dari desa tetangga menjadi sinden (penyanyi) langganan tim
super beliau.
Peralatannya cukup lengkap
mulai dari kostum, alat musik, dan properti, bahkan Pak Abu sendiri yang
menganyam jaran kepang dan membuat satu set angklung dari bambu. Memang beliau
orang yang memiliki keahlian tinggi soal anyam-menganyam, karena pada malam
sebelumnya di rapat RT kami tahu beliau adalah yang menganyam gedhek (anyaman
bambu yang dipakai untuk sekat) inventaris RT.
Salah satu perlengkapan kesenian jaran kepang |
Cerita beliau berlanjut
pada sejarah tentang kebudayaan yang ada di tanah Jawa. Wayang yang disebut
juga purwa, yang berarti “awal” dalam Bahasa Jawa kuno, merupakan kisah tentang
babad (kisah) awal dan permulaan. Kethoprak sebagai penggambaran kisah babad
kerajaan-kerajaan di Jawa. Sedangkan jathilan sendiri, berasal dari seorang
tokoh yang bernama Jenggalamanik yang pulang berperang di tanah Tuban, beliau
bertemu dengan dua orang yang tengah menjaga kuda. Kedua pria ini mencari tuan,
“ndoro”, untuk diikuti, dan sebagai jawaban atas pencarian mereka,
Jenggalamanik menawarkan untuk menjadi ndoro mereka, dan sebagai wujud syukur
atas kemenangan, mereka berdua diminta melakukan permainan menggunakan jaran
kepang dan akhirnya berkembang hingga kini. Kebudayaan ini pun semakin
dikembangkan oleh Sunan Kalijaga yang mendakwahkan agama Islam dengan
kebudayaan, masyarakat diminta berkumpul untuk menyaksikan kesenian dengan alat
musik gamelan lengkap yang masing-masingnya disimbolkan dengan makanan dalam
slametan. Sehingga seorang pemain gamelan yang telah menguasai semua alat
gamelan disebut juga telah menjalani semua upacara slametan. Dan begitulah
kesenian jaran kepang bertahan hingga sekarang.
Pak Abu yang tengah unujuk kebolehan memainkan angklung |
Tak lupa Pak Abu unjuk
kebolehan di hadapan kami dengan menyanyikan tembang jawa yang membuat bulu
kuduk merinding. Angklung buatannya pun dimainkan, dan kami baru tahu bahwa
suara nyaringnya terdengar sampai rumah Bu Sugini. Beliau juga menunjukkan beberapa poster di rumah beliau berisi kalimat-kalimat mutiara yang kata beliau, mirip dengan iklan salahsatu operator selular, "susah dijalanin".
Beberapa poster yang menghiasi rumah Pak Abu |
Sungguh percakapan ini sangat tak terlupakan dan akan
menjadi tak terhentikan jika saja kami terlampau menikmati obrolan dan tak bisa
memutus kisah beliau yang panjangnya setara kuliah 4 sks. Dan kami menunggu
penampilan beliau di bulan Syawwal mendatang bersama tim supernya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Popular Posts
-
Tim KKN JTG-17 terbagi menjadi tiga Subunit yang salah satunya menempati pondokan di RT 1, Dusun Krajan, Desa Jatikontal, Kecama...
-
Hujan gerimis pagi ini (Selasa, 9 Juli 2013) mengingatkan kami pada sebuah peristiwa besar yang menguras tenaga. Sore itu saat kam...
-
Penuh semangat kami mempersiapkan untuk hari ini (Kamis 1 Agustus 2013) seperti menyebar undangan ke semua penderes se-desa serta petinggi ...
-
Sore itu kami Tim Nol Tiga berkunjung ke rumah bu Carik untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai PAUD yang ada di dusun Jatikontal. K...
-
Dalam rangka menyambut bulan Ramadhan penduduk dusun Krajan mengadakan kenduri. Ini adalah sebuah tradisi yang dilakukan sejak dahulu...
-
Tim Nol tiga sudah merencanakan untuk melihat proses pembuatan gula semut di Bagelen. Namun, pada kunjungan pertama belum bisa mnyaksikan p...
-
Pak Abu, begitulah namanya, seorang tetangga yang tinggal sekitar 100 meter dari rumah Bu Sugini. Halaman rumahnya teramat luas dengan ...
-
Kerja bakti ini sudah direncanakan sebelumnya untuk dimulai jam 8.00, tetapi karena sudah ada yang memulai di jam 7.00 maka kami bergegas m...
-
Kami tim Nol Tiga sudah merencanakan untuk pergi ke pasar malam di Purwodadi dan akhirnya malam ini (Rabu, 17 Juli 2013) rencana itu dapat ...
-
Tim Nol Tiga merupakan salah satu sub unit yang akan selalu dikenang sepanjang masa karena kekonyolan dari setiap anggotanya. Hal itu b...
Recent Posts
Categories
Sample Text
Blog Archive
-
▼
2013
(16)
-
▼
July
(9)
- Tentang Sandal sampai Artis hingga Lebah
- Kunjungan untuk PAUD
- Jaran Kepang dan Kisah Panjang Pak Abu
- Profil Anggota Tim Nol Tiga
- Menyatukan Kekuatan Menyelamatkan Gabah
- Petualangan Tim Nol Tiga ke Negeri Kokap
- Tim KKN JTG-17 Subunit 3 Mengikuti Kenduri Menyamb...
- Kenduri Menyambut Bulan Ramadhan
- Selamat bertugas, Unit JTG-17!
-
▼
July
(9)
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment